Senin, 22 April 2013

TULISAN INI GAK LUCU

Lagi-lagi... pembahasan ipeka selalu menjadi pembahasan yang sensitif antara kubu ipeka tinggi dengan kubu ipeka rendah, yang akhirnya malah jadi ajang saling mencak-mencak dengan alasan salah satu kubu yang "berpikir sempit".

Di kubu pertama, mereka berargumen bahwa, "ipeka itu salah satu pintu kesuksesan.", di satu kubu yang lain, mereka juga gak mau kalah, "ipeka itu gak penting, yang penting survive pasca kampus."

Well well, gak ada yang salah, dan gak ada yang bener juga. Semuanya cuma relativitas aja kok. *uhuk

Sedikit gue analisa, biasanya orang-orang yang berpendapat kalo ipeka itu adalah salah satu pintu sukses, bisa dipastikan kalo mereka adalah golongan mahasiswa yang punya ipeka di titik aman.

Sebaliknya, orang yang berpendapat bahwa ipeka itu gak penting, bisa dibilang mereka adalah mahasiswa yang tersiksa karena ipekanya yang nangkring.

Oke oke, bagi gue pribadi, ipeka gak akan jadi penting kalo cuma jadi hiasan di atas kertas belaka atau cuma dijadiin spekulasi biar aman nyari kerja yang notabene butuh requirement ipk minimal tiga.

*pembahasannya mulai berat *mikul beras

Ada semacam hal yang sangat konspiratif, yang sebenernya gak mau gue ceritain karena sifatnya subjektif, tapi apa boleh buat kalo kalian memaksa (siapa juga yang maksa... ) --"

-----------

Mari kita mulai,

Pendidikan seakan dijadikan semacam sistem yang mewajibkan pelajar/mahasiswanya dipacu biar berlomba ngedapetin nilai bagus semata, sehingga mereka bisa mencapai NEM, IPK, atau indeks serupa dengan nilai tertentu (sesuai standar tertentu).

Tujuannya apa? Biar nanti, mereka bisa dipekerjakan jadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar. Itu masih bisa dibilang hal wajar jika nanti mengabdi di perusahaan nasional, tapi hal itu akan jadi aneh ketika lulusan-lulusan universitas digiring bekerja di perusahaan-perusahaan asing dengan iming-iming 'gaji besar' padahal nilainya setara honor cleaning service di negara asal perusahaan. (coba baca ini)

Parahnya, bekerja di perusahaan asing malah dianggap sebagai prestasi, ini tradisi yang memilukan, alah. *miris

Menurut gue, tenaga pengajar sekarang lebih banyak menekan pelajarnya biar dapet nilai bagus semata, tujuannya biar mahasiswa akan merasa aman bekerja di dunia pasca kampus.

Karena kalo mahasiswanya sampe gak dapet nilai bagus, pengajar dan institusi bakal berurusan sama akreditasi - imbasnya sama peminat di institusi (yang berkurang) - gengsi institusi (yang berkurang) - subsidi dan perhatian pemerintah (yang berkurang) - gaji pengajar (yang berkurang), dan lain lain, dan lain lain.

Intinya, institusi kita gak mau mengambil risiko terlalu tinggi, dan ujungnya gak akan lepas dari kepentingan beberapa pihak.

Anyway, emang yang dimaksud risiko, risiko apa Sam? 

Risiko itu adalah ketakutan pengajar dan institusi kepada lulusannya jika sampe mereka gak dapet nilai bagus, maka kehidupan pasca kampus mereka akan mengecewakan, dengan begitu bisa berimbas pada reputasi institusi yang meluluskan mahasiswanya. (serius ini berat, semoga pada ngerti) .___.

Simpelnya begini,

"Kamu harus punya nilai bagus! Biar nanti lulus dapet pekerjaan di perusahaan bagus!"
"Kenapa saya harus kerja jadi pegawai Pak?"
"Karena hidup kalian akan lebih terjamin.", sepintas ada benarnya juga, padahal mungkin dalam hati mereka akan terucap "Soalnya kalo elo menganggur, nanti nama baik gue yang jadi jelek."
Nyatanya, masih aja banyak sarjana yang kemudian menggantung nasib jadi pengangguran. Well well, kekhawatiran institusi terlalu berlebihan, malah menjadi semacam dogma (gukguk) yang salah kaprah.

Ada semacam keterkaitan konspiratif antara institusi, perusahaan, dan pemerintah. Kebanyakan perusahaan akan meminta qualifikasi ipk minimal dan atau ijazah sebagai syarat bergabung di perusahaan yang bersangkutan. Sehingga akan tercipta pola sebagai berikut:
Perusahaan membuat sistem kualifikasi - universitas membuat sertifikasi semacam ipk dan ijazah - mahasiswa akan ter-mindset berkuliah untuk mengejar ijazah (ilmu yang seharusnya dicari malah cenderung diabaikan) - untuk mendapat sertifikasi, kemudian institusi membuat sistem pembiayaan belajar menjadi 'mahal' - uang kuliah selama 4 tahun (efektif) mahasiswa akan terkesan menjadi uang untuk 'membeli' ijazah toga - persaingan yang ketat untuk mengejar sertifikasi malah menimbulkan banyak masalah seperti: jual beli ijazah atau joki skripsi, bahkan hal yang kecil semacam nyontek atau copas, yang udah sering terjadi dan tentunya akan menjadi cikal bakal koruptor-koruptor muda.
So, ini semua jadi semacam rantai setan yang susah diputus. Kalo masalah pendidikan kita ada di biaya, gue rasa APBN untuk pendidikan masih bisa me-mark up ratusan ribu jiwa anak bangsa untuk menjalani proses pendidikan.

Bahkan, pemerintah ngada-ngada aja bikin anggaran 20M cuma bikin toilet gedung DPR, padahal anggaran itu bisa diarahkan untuk masalah negara yang lebih prioritas, yaitu pendidikan dan kesehatan. Tapi nyatanya, korupsi merajalela, anggaran disalahgunakan, miss-alokasi dana, dan sebagainya.

Makanya, pejabat pemerintah yang korup, aseli JAHANAM BANGET! GANYANG!

Kira-kira begitulah konspirasi pendidikan kita, beginilah adanya, sadar gak sadar. Gue harap, kalian yang membaca enggak cuma dompetnya aja yang kritis, tapi cara berpikirnya juga harus kritis, okesip.

--------

Fenomena banyaknya pengangguran, mungkin disebabkan oleh sedikit institusi pendidikan kita yang menanamkan sikap survival untuk menghadapi kehidupan pasca kampus.

Faktanya, karena mahasiswa udah dilatih hidup aman, maka sarjana-sarjana akan sangat bergantung sama lowongan kerja pada perusahaan tertentu. Yang pada akhirnya, mereka lebih memilih menunggu perusahaan merecruitmereka, ketimbang melangkah ke zona tidak nyaman untuk membuat usaha mandiri atau berwirausaha.

Hmm... analisa gue logic kan?

-------

Kembali ke masalah ipeka.

Ipeka emang penting, bagi mereka yang mau hidup aman. Tapi bagi sebagian pemenang, mereka gak akan terobsesi sama begituan, karena mereka tau bahwa "nilai di atas kertas buatan manusia itu" gak akan punya pengaruh besar untuk kehidupan masa depannya.

Gue pernah membaca riwayat Bill Gates yang sama-sama kita tau bahwa dia adalah mahasiswa DO. Dia pernah merasa khawatir ketika disuruh harus berpidato di depan mahasiswa yang belom wisuda, maka mahasiswa tersebut malah akan memilih ninggalin kuliah mereka dan mengikuti jejak Bill Gates yang di-DO. (baca pidatonya di sini)

Ya.. gue pribadi merasa mendingan, masih harus bersyukur bisa kuliah. Karena bagi gue, pendidikan itu tetep penting, tentunya bagi mereka yang berniat belajar, bukan berorientasi pada nilai.

Bahkan ada statement yang lebih ekstrem dari Robert Kiyosaki, bahwapendidikan formal itu gak penting, karena sekolah gak ngajarin lulusannya untuk mengelola hidup en keuangan. Dan setelah elo baca buku karangannya, elo akan berpikir bahwa ternyata "kuliah selama ini sia-sia"(baca ini)

Hehe, saran gue jangan se-ekstrem itu, elo masih punya orang tua yang harus dibuat bangga dengan wisuda.

--------

Dalam postingan yang GAK LUCU kali ini, gue cuma mau berpesan. Seenggaknya, mahasiswa sebagai kaum intelek harus mampu mengambil sikap, yaitu:
  1. Kalo mau jadi pegawai, duduk aja yang ganteng di bangku kuliah, terus dapetin nilai sebagus mungkin biar aman.
  2. Kalo mau jadi pengusaha, duduk yang kalem, gak perlu ngoyo sama nilai, yang penting dapet ilmu yang bisa dimanfaatin nanti di dunia usaha.
  3. Kalo mau jadi leader, ikutlah organisasi, jadi aktivis, belajar negosiasi, belajar mengatur orang, biar nanti elo bisa membayar orang-orang ber-ipeka tinggi (nomer 1).
  4. Kalo mau banyak manfaat, belajarlah yang tekun, dapetin ilmu yang bermanfaat, nilai bakal ngikut dengan sendirinya, perluas wawasan en pergaulan, aktiflah di kegiatan luar kampus, berprestasilah, tinggiin ipeka elo, tapi rendahkan hati elo, maka elo akan membuka kesempatan belajar buat mereka-mereka yang ada di nomer 1, mengajak sukses orang-orang nomer 2, dan duduk berdampingan sama orang-orang nomer 3, atau intinya elo bisa bermanfaat buat banyak orang.
Silakan memilih. Life is too short, test your own luck. Okesob?

----------

Kalo pun ipeka itu pintu kesuksesan, maka, bagi elo yang pintu kesuksesannya terlanjur tertutup, jangan kecewa karena akan ada pintu lain yang akan terbuka.
"Maybe you're reason why, all the doors are closed, so you could open one that lead you to the perfect road." - Firework
[end]

*tulisan ini gak berniat menyinggung siapa pun, cuma untuk membuka wawasan en pikiran, plis openmind..


Sumber : http://www.skripsit.com/2013/01/gak-lucu.html

Rabu, 17 April 2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS


PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS
 CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
  1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
  4. Ciptakan masyarakat belajar
  5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  7.  Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
 A.    Tujuh Komponen CTL 
1.  KONSTRUKTIVISME 
  • Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
  • Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.  INQUIRY     
  • Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
  • Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis 
3.  QUESTIONING (BERTANYA)
  • Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
  • Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR) 
  • Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
  • Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
  • Tukar pengalaman
  • Berbagi ide
5.MODELING (PEMODELAN) 
  • Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
  • Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
 6. REFLECTION ( REFLEKSI)
  • Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
  • Mencatat apa yang telah dipelajari
  • Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
 7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA)
  • Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
  • Penilaian produk (kinerja)
  • Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
B.Karakteristik Pembelajaran  CTL
  • Kerjasama
  • Saling menunjang
  • Menyenangkan, tidak membosankan
  • Belajar dengan bergairah
  • Pembelajaran terintegrasi
  • Menggunakan berbagai sumber
  • Siswa aktif
  • Sharing dengan teman
  • Siswa kritis guru kreatif
  • Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
  • Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Dilemma Pendidikan Indonesia by Rhenald Kasali




Sebuah tulisan yang sangat menginspirasi. (Dari sebuah sumber)
Check this out!

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah. 

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat.

“Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia”, jawab saya.
Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti”, jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu.
“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini”, lanjutnya. 
“Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ”, dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat”, ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan study jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. 

“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan”, ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut, 

“Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.

cerita ini diambil dari salah satu teman parlemen Remaja DPR-RI 2011: Eko Indrayadi


[end]

Kamu yang selalu menemani sujud malam ku

kamu yang selalu menemaniku disetiap sujud malam ku

kita curahkan semua isi hati kita kepada Tuhan

berharap kasih sayang Tuhan tercurah kepada kami 

supaya kita di satukan dalam naungan kasih Mu Ya Allah


kamu yang selalu menemani setiap sujud malam ku

aku ingin menjadi imam mu yang baik, yang dapat menuntun mu ke arah kebaikan

jadilah kau pendamping ku..

pendamping di dunia dan akhirat

jadilah kamu sekuntum bunga yang akan mengharumkan setiap langkahku

dan akan memberikan keharuman di surga kelak.


kamu yang selalu menemani setiap sujud malam ku.

aku menginginkan kamu hidup bersama ku

hidup bersama dalam kasih sayang dan Cinta dari Tuhan

menjalani hidup bersama susah dan bahagia bersama tanpa sesuatu yang dapat memisahkan kita.

kecuali atas kehendak Mu Tuhan...

Selasa, 16 April 2013

Save IPK, Save Mahasiswa



Save IPK, Save Mahasiswa, "IPK boleh tinggi asal tetap rendah hati, IPK gpp rendah asal jangan menyerah."

"Jangan nyerah Sam... elo masih punya masa depan.", begitulah nasihat bijak temen-temen gue, padahal dia sendiri yang IPK-nya jongkok. *gue keplak

Mungkin perasaan kecewa akan terlintas di benak elo ketika menghadapi orang-orang yang bertanya, "IPK elo berapa?"

Analisa gue, pertanyaan itu sebenernya punya beberapa alibi: 1) niat ngecengin, 2) nyari temen, 3) maksudnya perhatian, atau 4) minta digampar.

Emang bener sih, orang yang punya IPK rendah cenderung jadi over sensitif.

"Sob, IPK elo berr..a...pp... "
"Lo mau NANYA IPK GUE BERAPA? MASALAH BUAT ELO?! MASALAH HAH?! *ngeluarin golok* MASIH MASALAH HAH?!! EHH JANGAN LARI LO! SINI LO JANGAN KABUR!!!" *kejar-kejaran pake golok
So, saran gue, Keep Calm and Save Your IPK wisely.

--------

Nanya IPK adalah salah satu pertanyaan-pertanyaan sensitif bagi mahasiswa setelah pertanyaan, "Kapan lulus?" dan "Kapan punya pacar?"

Hmmm... saran gue, kalo elo gak mau kena bacok, jangan nanya yang begituan.

Kalo gue sendiri sih enggak masalah mau ditanya punya ipeka berapa. Kalo pun ada yang nanya, gue akan jawab dengan lantang, "Ipeka gue 2, ikutan program KB, ipeka 2 lebih baik." *yang nanya muntah

Yoi, IPK itu kayak NEM, sama-sama 3 huruf, dan manfaatnya cuma sementara. Pernah ngebayangin gak? Setelah kuliah, NEM berasa gak kepake lagi kan?

Ya mungkin sama aja kayak IPK, gunanya cuma buat nyari kerja. Setelah dapet kerja, gak kepake lagi tuh IPK, logikanya...

Kecuali kalo elo mau nyari beasiswa, lanjut S2, atau mau nyari kerja di perusahaan ternama, IPK emang jadi lebih penting, ta..tapi tapi, IPK cuma jadi persyaratan doank loh.

Hmm.. Inilah bukti kalo IPK cuma formalitas di atas kertas, asik.

------

Biasanya kan orang tua en calon mertua suka nanya IPK Sam, gimana donk?:(

Elaaah, takut bener! Mereka tuh lebih seneng kalo kita punya penghasilan tinggi daripada punya IPK tinggi! #sikap

Mangkanye, walau belom wisuda, mulailah belajar gimana nyari penghasilan, biar setelah lulus bisa nambah pengalaman. Sukses bisa dilakuin sebelum wisuda kok, asik. Bersikaplah, "walau IPK gak tinggi, penghasilan harus tinggi", okesip. #mentalkaya

Oiya, belom ada tuh penelitian yang nyebutin bahwa tingginya IPK berkorelasi dengan tingginya penghasilan. Gak percaya? Sumpah biar temen gue disamber gledek! (lah?) (Ini bisa jadi ide penelitian yang menarik)

So, jangan galau lagi ye kalo ada yang nanya ipeka berapa? Jawab aja, "Ipeka gue gak rendah kok, cuma kurang tinggi aja, okesip."

[end]

sumber : http://www.skripsit.com/2013/02/save-ipk-mahasiswa.html#more

Senin, 15 April 2013

ASPEK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA


ASPEK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
       RANGKUMAN 
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
Perkembangan motorik











Oleh :
Nama                : Khoirul Anis
NPM                : 09520246
No Absen        : 27

PJKR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASUNDAN CIMAHI
2011





ASPEK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

A.    Aspek – aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.
Puncak prestasi seseorang tak mungkin dicapai sepanjang periode usia. Dalam setiap cabang olahraga ada periode usia yang pasti dikenal sebagai Usia Untuk Berprestasi Tinggi, dimana seseorang olahragawan berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk mencapai prestasinya yang tinggi (Lempart, 1973). Masa untuk mencapai prestasi yang tinggi ini pada kebanyakan olahraga mulai pada usia 20 tahun dan berakhir sebelum mencapai usia 30 tahun. Hal ini berarti bahwa seorang olahragawan harus mencapai prestasi terbaik dalam kariernjya sebagai atlet dalam masa usia tersebut.
Untuk mencapai prestasi yang tinggi pada usia duapuluhan tentunya latihan harus dimulai sejak masa kanak-kanak, sebab prestasi yang tinggi tersebut baru bisa dinikmati setelah menjalani latihan selama 8 hingga 12 tahun.
pertumbuhan dan perkembangan sejak lahir hingga mencapai kematian merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan memiliki aspek-aspek yang berbeda. Darisudut pandang latihan, ketiga aspek pertumbuhan dan perkembangan ini adalah :
1.      Pertumbuhan Morfologis dan Fisiologis
Aspek ini mencangkup perubahan-perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, komposisi tubuh, organ-organ dan system bagian dalam tubuhdan langsung sejak lahir dan system bagian dalam tubuh yang langsung sejak lahir dan seterusnya.
2.      Sifat-sifat perkembangan psikologi dan sosial.
Aspek-aspek ini tampak pada perkembangan kemampuan psikologis, personalitas dan kecenderungannya. Sikap, minat/ perhatian, dan berbagai kemampuan dan karakteristik sosial.


3.      Perkembangan Motorik
Aspek  pertumbuhan dan perkembangan motorik merupakan aspek terpenting dalam olahraga. Ini merupakan pengetahuan tentang teori umum dan metedologi latihan olahraga. Perkembangan mtorik mengandung arti perkembangan dari gerakan-gerakan dan berbagai kemampuan motorik sejak lahir hingga meninggal.

Pertumbuhan Motorik
Ketiga aspek pertumbuhan dan perkembangan yang sudah dijelaskan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini :

Pertumbuhan dan perkembangan Morfologis dan Fisiologis
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi dan sosial
Pertumbuhan dan  Perkembangan






Kajian ini bermaksud melukiskan tentang perkembangan motorik dalam berbagai periode sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Pola pertumbuhan pada anak-anak diseluruh dunia umumnya hampi sama walaupun ada sedikit variasi. Karena itu kiranya informasi yang disajikan ini dapat dijadikan pedoman dalam memformulasikan latihan secara benar dagi anak-anak dan dewasa.


B.     Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Berdasarkan Perkembangan Motorik.
Pertumbuhan dan perkembangan bukan suatu proses yang uniform (sama) akan tetapi ditandai oleh perbedaan kecepatan perkembangan berbagai parameter pada tingkat usia yang berbeda (Stemmler,1977) dan (Ludwing dan Hirtz, 1981). Wrinter (1977) membagi keseluruhan terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang didasarkan kepada perkembangan motorik kedalam periode-periode berikut ini:
1.      Periode sejak bulan pertama hingga bulan ketiga (1bulan – 3 bulan)
2.      Periode sejak bulan ke empat hingga bulan ke dua belas (4 bulan – 12 bulan/ satu tahun)
3.      Periode sejak tahun ke dua hingga akhir tahun ke tiga.
4.      Periode sejak tahun ke empat hingga akhir tahun ke tujuh
5.      periode sejak tahun ke delapan hingga akhir tahun ke sepuluh
6.      Periode sejak tahun ke sebelas atau ke dua belas hingga awal pubertas                       ( kematanagn seksual).
7.      Periode sejak awal pubertas hingga mencapai manarchy atau spermarchy.
8.      Periode sejak manarchy atau spermarchy hingga mencapai kematangan seksual.

Pada anak-anak wanita proses kematangan seksual mulai satu hingga dua tahun lebih awal, karenanya sulit memberikan batas usia yang pasti.










C.    Periode Awal Masa Kanak-kanak
Periode awal masa kanak-kanak berkembang mulai dari tahun ke empat hingga akhir tahun ke tujuh. Pada periode ini anak melakukan macam-macam gerakan dasardengan sempurna seprti berlari, melompat, mendorong, melemar, dan sebagainya.
Pada akhir periode ini otak hampir mencapai otak orang dewasa dan bersamaan dengan itu pula system persyarafan serta berbagai indra yang terlibat dalam pengendalian dan pengaturan gerak berkembang pesat.
Karakteristik Tingkah laku Anak-Anak
Tingkah laku anak-anak pada akhir periode ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Anak memperlihatkan suatu keinginan yang sangat kuat terhadap berbagai aktivitas dan gerak-gerak fisik.
2.      Aktivitas anak yang lebih banyak adalah bermain mereka lebih menyukai melakukan aktivitas bermain peran.
3.      kemampuan persepsi dan konsentrasi berkembang pesat.
4.      daya ingat lebih baik. Dengan mudah mereka dapat mengingat hal-hal yang telah lampau.
5.      Kemampuan berfikir juga berkembang baik namun masih terbatas (berfikir abstrak masih terbatas).
6.      Terdapat perbaikan secara mencolok dalam hal kemampuan berbahasa.
7.      Rasa ingin tahu nak pada usia ini makin berkembang.
8.      Anak sangat emosional dan tak mampu mengendalikan emosinya.
9.      Prilaku anak ditandai oleh suatu tingkat fantasia tau imajinasi yang tinggi.
10.  Anak juga memperlihatkan kemampuan yang kuat untuk mandiri.
11.  Anak juga memiliki sifat bersaing dan mempertuturkan hatinya bersaing dengan lawan sebaya.


Perkembangan motorik pada awal masa kanak-kanak
Perkembangan motorik kelompok akhir periode usia ini mencapai suatu puncak yang memuaskan, anak sudah dapat menyempurnakan gerakan-gerakan dasar seperti berlari, melompat, melempar, berguling, bergelantung, memanjat, mendorong, menarik, dsb. Menurut Winter (1977) pada masa ini terjadi perkembangan gerakan-gerakan dasar dengan cepat baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Disamping itu untuk pertama kali dalam hidupnya anak memperoleh kemampuan mengabungkan gerakan-gerakan dasar ini (mengabungkan gerakan-gerakan yang sederhana secara berturut-turut dan berhasil). Kebanyakan kombinasinya pada periode ini adalah berlaari dengan melompat, berlari dengan melempar, menanngkap denagn melempar dan sebagainya.


Kemampuan-kemapuan kondisional
Pada periode usia ini terjadi perbaikan yang pesat pada kemampuan kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Daya tahan dasar (basic endurance) juga berkembang sangat baik dan melalui latihan yang tepat, dapat dikembangan secara mengagumkan (Winter, 1976)
Kemampuan koordinasi
Bermacam-mcam kemampuan koordinasi seperti keseimbangan ritme/ Irama, orientasi, coupling, dll. Rata-rata menunjukan perkembangan yang sangat tinggi. Yang dimaksud dengan Kemampuan keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan diri dalam keadaan statis atau dinamis. Kemapuan ritmik adalah kemampuan untuk merasakan irama suatu gerakan untuk melakukan gerakan dengan irama yang dikehendakinya. orientasi adalah kemampuan untuk menentukan posisi tubuh dan bagian-bagian tubuh menurut waktu dan ruang dalam hubungannya dalam keseimbangan, lapangan bermain, pemain-pemain yang lain, bola, perlengkapan, dan lain-lain. Coupling adalah kemampuan untuk mengabungkan gerakan-gerakan berbagai bagian tubuh. Kemampuan belajarmotorik juga meningkat pesat, fleksibilitas berkembang pesat, dan pada akhir periode ini anak memiliki tingkat persendian cukup baik.
Implikasi Dalam Latihan
1.      Pada akhir periode usia ini anak-anak dapat mulai diberikan latihan yang sistematis untuk cabang-cabang olahraga seperti renang, menyelam dan senam.
2.      Penekanan khusus dalam latihan hendaknya dititikberatkan pada perkembangan berbagai kemampuan koordinasi, fleksibilitas, frekuensi gerakan, dan kecepatan gerak.
3.      Gerakan-gerakan yang sederhana beserta kombinasi gerakan dan perubahannya dalam kondisi yang sulit harus dilatih.
4.      Dalam latihan hendaknya digunakan aktivitas dan gerakan-gerakan  yang memerlukan keseimbangan berirama, karena disukai oleh anak pada usia ini.
5.      LAtihan hendaknya diformulasikan dalam bentuk permainan, dimana anak-anak dapat meniru objek-objek, binatang-binatang, dan orang lain. Aktivitas ini harus menarik dan menyangkut banyak gerakan. gerakan juga harus mengajarkan anak-anak berdisiplin dan mengendalikan dirinya.
6.      Koreksi gerakn-gerakan hendaknya tidak terlalu nbanyak dan hanya pada gerakan-gerakan yang dianggap perlu. Prinsipnya harus menyediakan fasilitas.
7.      Tujuan latihan harus mengarah pada perkembangananak secara menyeluruh baik performans maupun kepribadiannya secara serempak.








D.    Periode Pertengahan Masa kanak-kanak
Periode ini mulai pada tahun ke tujuh hingga mencapai usia 10 tahun. Pada masa ini anak mulai memasuki sekolah. Adanya peningkatan tuntunan psikologi dan sosial pada anak-anak mengakibatkan perkembangan mental dan sosial mereka cepat. Dari aspek perkembangan motorik, peningkatan kemampuan belajar motorik cepat. Karakteristik usia anak yang penting pada periode usia ini adalah :
1.      Anak sanagt aktif. Terdapat keinginan yang kuat dari nmereka untuk turut serta dalam aktivitas-aktivitas dan gerakan-gerakan pisikal.
2.      Persepsi mereka lebih maju disebabkan adanya kematangan alat indra dan akumulasi pengalaman untukmenafsirkan dengan benar perasaan-perasaan yang dialaminya.
3.      Kemampuan untuk mengamati suatu tindakan atau aktivitas secara sistematis dan dari aspek-aspek penting yang berbeda belum berkembang hings taraf yang memuaskan.
4.      Ingatan anak berkembang lebih jauh dan dapat meningat bermacam-macam hal dengan baik.
5.      Kemampuan berpikir anak berkembang cepat. Mereka daopat berfikir abstrak walaupun masih terbatas.
6.      Terdapat kemajuan yang pesat dalam berbahasa.
7.      anak mencapai lebih banyak pengendalian diri.
8.      untuk pertama kali dalam kehidupannya anak berkembang agak stabil dan tertarik pada hal-hal tertentu.
9.      Pada periode ini terjadi sosialisasi yang cepat pada anak.

Perkembangan motorik pada pertengahan masa kanak-kanak
Perilaku motorik pada periode pertenaghan masa anak-anak ditandai oleh suatu perkembangan kemampuan belajar motorik yang cepat, mobilitas yang tinggi, dan juga kebutuhan aktivitas fisik yang tinggi juga. Akan tetapi apabila suatu aktivitas atau gerakan yang dilakukan selalu diulang-ulang, minat dan kemampuannya untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan itu akan hilang.
Kemampuan-kemampuan kondisional
Pada periode usi ini, kemampuan kekuatan berkembang mantap tetapi dengan kecepatan yang sedang. dengan seringnya anak-anak melakukan latihan maka perbaikan kekuatan otot dan bagian-bagian tubuh cukup memuasakan.\
Kemampuan Koordinasi
Pada periode usia ini kemampuan belajar motorik maju pesat karena :
1.      Adanya perbaikan dalam proporsi tubuh (dicapai setelah perubahan bentuk yang pertama)
2.      Adanya konsentrasi, persepsi, kemampuan berfikir dan analisa yang lebih baik.
3.      Lebih kaya dengan pengalaman-pengalaman gerakan.
4.      Adanya perkembangan system persyarafan dan berbagai indera yang berhubungandengan motorik yang hampir sempurna.
Implikasi dalam latihan
1.      Dalam kebanyakan cabang olahraga latihan secara sistematis sudah dapat dimulai pada akhir pertengahan masa anak-anak.
2.      Tujuan utama dari pada latihan harus diarahkan pada gerak koordinasi.
3.      harus selalu menjaga serta memelihara fleksibilitas.
4.      Tekanan latihan harus dititikberatkan pada perkembangan menteluruh.
5.      Kemampuan daya tahan dapat dilatih tetapi jangan dikembangakan dengan mengorbankan factor prestasi lainnya.
6.      Dorongan anak-anak yang kuat terhadap aktivitas fisik hendaknya disalurkan dan diberikan kesempatan kepada mereka.
7.      Latihan maupun metode yang digunakan harus brvariasi agar anak tidak bosan.
8.      HArus selalau dilakukan koreksi baik ferbal maupun contoh gerakan nyata.
9.      Aktivitas kelas harus lebih formal, disiplin dan memperhatikan tatakrama.


E.     Periode Akhir Masa Kanak-kanak
Perriode akhir masa kanak0kanak mulai pada usia 11 tahun dan berakhir hingga awal proses kematangan seksual mulai satu hingga dua tahhun lebih awal. Karena itu periode ini lebih pendek dibandingkan pada anak laki-laki. Disamping itu juga terdapat perbedaan intra-sex pada awal proses ini. Itulah sebabnya anak-anak laki-laki ataupun perempuan pada usia yang sama bisa mempunyai masa akhir kanak-kanak yang lebih pendek atau lebih panjang. Pada periode ini anak semakin berani, Imajinatif, giat, banyak akal, dan sangat berani mengambil resiko.
Perkembangan motorik pada periode akhir masa kanak-kanak.
perkembangan motorik pada periode ini sangat baik. Ini merupakan periode dimana anak mempunyai kemampuan belajar motorik yang paling baik. Dia memperlihatkan suatu kesiapan yang tinggi dalam berbagai tugas dan aktivitas fisik.
Kemampuan Kondisi pada periode akhir masa kanak-kanak
Pada periode ini kekuatan dan daya tahan berkembang pesat, namun dengan adanya perbedaan individual antara anak perempuan dan anak laki-laki maka perbedaan ini jauh lebih banyakdalam kekuatan maksimal dan kekuatan eksplosif. Kecepatan gerak dan frekuensi gerakan jauh berkembang, tetapi tingkat kemajuan agak lambat dan menurun.
Kemampuan koordinasi pada periode akhir masa kanak-kanak
Kemampuan koordinasi pada periode usia ini mencapai taraf yang agak baik dan memungkinkan anak mencapai kemampuan belajar motorik amat baik. Bahkan pada anak laki-laki secara kualitatif presentasi melempar banyak tergantung pada hasil latihan.
Implikasi dalam latihan
1.      Periode ini merupakan periode kemampuan belajar motorik yang paling baik pada anak-anak untuk mencapai prestasi maksimal kepada mereka harus diajarkan sebanyak mungkin gerakan-gerakan dari bermacam-macam cabang olahraga.
2.      Pada periode ini identifikasi anak-anak berbakat harus dilakukan secara ekstentif.
3.      Dalam latihan, perbedaan individual dan jenis kelamin yang berhubungan dengan taraf perkembangan motorik harus diperhatikan.
4.      Latihan dan pertandingan dalam semua cabang olahraga harus dimulai.
5.      Latihan hendaknya bersifat umum yang mengarah kepada perkembangan menyeluruh pada anak-anak.
6.      Semua kemampuan kondisional harus dikembangkan melalui latihan-latihan umum.
7.      Tekanan maksimal harus diberikan kepada perkembangan berbagaikemampuan koordinasi denagn cara membuat anak-anak belajar bermacam-macam gerakan yang berbeda, sulit, dan dalam kondisi yang berbeda-beda.
Pengorganisasian latihan harus lebih bersifat formal. Penggunaan bahasa dalam mengajar atau melatih perlu ditingkatkan akan tetapi bahasa yang diguankan itu hendaknya dimengerti oleh anak-anak.













F.      Periode/ Masa Pubertas
Masa pubertas muali denagn berawalnay proses kematangan seksual dan berakhir dengan mulainya menstrulasi pertama pada anak-anak perempuan dan munculnya kematangan seperma pada anak laki-laki. Perbedaabn kematangan antara anak laki-laki dan perempuan ini bisa mencapai 2 tahun. Proses kematangan seksual disertai perubahan-perubahan baik morfologis maupun fisiologis, terutama yang menyebabkan peningkatan produksi hormon kelamin.
Urutan Kejadian/ Peristiwa Daripada
karakteristik kelamin Sekunder
Permpuan
Laki – laki
Pelebaran pada pelvis/ pingul
Pertumbuhan dari testes dan penis
Pingul bulat
Tumbuh rambut (public hair)
Perkembangan payudara
Mulai terjadi perubahan suara
Tumbuh rambut (public hair)
Kelenjar susu bertambah besar
Tumbuh rambut diketiak
Terjadi perubahan suara(yang terakhir)
Menarchy
Tumbuh rambut pada ketiak
Terjadi pollution yang pertama.

Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik selama masa pubertas amat berbeda dengan periode sebelumnya. Pada periode ini terdapat peningkatan secara individual dalam prilaku anak-anak selama latihan dan pertandingan. bahkan cara pelaksanaan gerakan meningkat secara individual.
Kemampuan-kemampuan kondisional
Selama masa pubertas kemampuan kekuatan rata-rata berkembang lebih cepat. Hal ini mungkin disebabkan adanya perubahan-perubahan hormone yang mengakibatkan peningkatan secara cepat pada masa otot dan pengaruh yang lebih baik akibat perubahan dalam proporsi tubuh.
Kemampuan-kemampuan kordinasi
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, masa pubertas terjadi kemrosotanpada kondisi motorik. Secara keseluruhan dapat kita katakana bahwa pada periode pubertas tampaknya kurang menguntungkan untuk mrmpelajari gerakan yang baru untuk kualitas motorik, dan untuk perkembangan agilitas atau kemampuan koordinasi.
Implikasi dalam latihan
1.       periode pubertas hendaknya tidak dipandang sebagai masa krisis. hal ini adalah konsekuensi alamiah dari proses pertumbuhan dan perkembangan.
2.      Latihan harus bersifat individual dan perbedaan jenis kelamin.
3.      Masa pubertas adalah suatu periode yang memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kekuatan.
4.      Selama masa pubertas latihan-latihan berbagai cabang olahraga yang lebih spesifik.
5.      Pada anak-anak yang sangat merosot/ kurang dalam koordinasi motoriknya lebih baik jangan diajarkan gerakan-gerakan baru.
6.      Latihan harus dilakukan dengan cara-cara yag demokratis.
7.      Pelatih harus membangtu mengatasi permasalahan anak dengan cara yang bersahabat.
8.      berikan penjelasan secara terperinci tentng berbagai aspek latihan denagn mengunakan bahasa yang sederhana.
9.      Pelatih harus mengingat perbedaan inter dan intra seks yang menjadi amat berarti dalam kelompok usia ini.









G.  Masa Adolesensi
Masa adolesensi merupakan fase proses kematangan seksuak yang kedua dan terakhir. Anak perempuan mencapai kedewasaan pada usia 17 tahun, sedangkan anak laki-laki mencapai kedewasaan pasda usia 18 atau 19 tahun.
Perkembangan motorik
Perkembangan motorik pada masa adoliesensi ditandaioleh peningkatan stabilitasi, perbedaan seksual dan individual dalam kemampuan motorik, gerak, dan prilaku motorik. Periode adoliesensi ditandai dengan berkembang lebih jauh gerakan-gerakan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
kemampuan-kemampuan kondisional
Kemampuan kekuatan terutama kekuatan maksimal dan kekuatan eksplosif rata-rata berkembang cepat pada anak laki-laki. Dilain pihak daya tahan kekuatan kurang maju.
Kempuan koordinasi
Dalam adoliesensi koordinasi motorik maju, mengakibatkan kualitas gerakan menjadi lebih baik. Kemampuan koordinasi pada anak laki-laki sekali lagi menunjukan  suatu taraf perkembangan yang baik.
Implikasi dalam latihan
1.      para remaja (adoliesensi) dalam segala hal seharusnya diperlakukan dan ndilatih seperti olahragaawan dewasa.
2.      Pelatih harus mengambil suatu sikap yang demokratis terhadap adoliesensi (remaja ) tersebut.
3.      Remaja wanita disebabkan oleh factor-faktor sosial cultural cenderung menarik diri secara berangsur-angsur dai olahraga dan latihan.
4.      Perbedaan-perbedaan individual dan seksual yang maksimal dalam kelompok usia ii senaniasa khendaknya mendapat perhatian.
5.      Oleh karena masa adoliesensi itu menjelang usia untuk berprestasi tinggi, maka latihan-latihan harus lebih spesifik dan individualistic.