Kamis, 11 April 2013

Renungan Malam Jum'at AL-Imran 103

mumpung malem jumat ni soob yuk kita ngaji,,, 
oke denger kata ngaji biasanya yang terlintas adalah membaca Al-Quran ya gak sob... atau kalo malam Jumat itu identik dengan Yasinan, tapi sob sebenernya ngaji gak cuma itu tapi biasjuga dengan kita merenungkan hidup yang sudah kita jalani... oke soobb sorry gue di sini bukan menggurui atau sok alim jadi ustadz gadungan, tapigue cuma pingin berbagi apa yang telah gue dapet dari guru gue.

nah sekarang gue mau mulai ngoceh dikit nihh...
kita sebagai Muslim atau orang Islam apa sih pegangan kita ???

kalo ngomongin masalah pegangan umat Islam gue pernah belajar dari beberapa pendahulu gue yaitu ortu gue dan para guru-guru gue ada ayat dalam surat Al-Imran ayat 103 :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. {ال عمران

Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran: 103)

Ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslimin untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarang kita untuk berpecah-belah. Disebutkan dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan di atas kitab dan sunnah atau di atas tali Allah.Barang siapa yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dialah yang menyebabkan terjadinya perpecahan.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه bahwa dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menggariskan satu garis (di tanah) dengan tangan beliau seraya berkata: “Ini jalan Allah yang lurus”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم menggariskan garis-garis di kanan dan kiri garis tadi dan berkata: “Ini jalan-jalan lain, tidak ada satu jalan pun di sana, kecuali ada setan yang mengajak kepadanya”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم membaca ayat: wa anna hadza shirathii mustaqiiman fattabi’iuhu… (HR. Imam Ahmad, Nasa’i, Darimi, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dan beliau menshahihkannya)
Adapun yang dimaksud adalah ayat Allah dalam surat al-An’aam: 153:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. {الأنعام: 153}
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa. (al-An’aam: 153)
Ayat ini pun mengajak umat Islam kepada persatuan dan melarang perpecahan, bersatu di jalan Allah dan jangan berpecah-belah dengan mengikuti jalan-jalan lainnya. Jalan Allah tersebut bukanlah satu organisasi, partai, kelompok atau firqah-firqah tertentu. Melainkan jalan yang Allah gariskan melalui lisan Rasul-Nya
Akal sehat kita tentu meng-iya-kan bahwa kita perlu berpegang kepada sesuatu agar tidak jatuh. Agama Islam telah mengajarkan bahwa tali (agama) Allah lah yang seharusnya menjadi pegangan kita, supaya tidak terjatuh, terjatuh dalam lembah kemaksiatan yang berujung pada jurang neraka. Janganlah kita bercerai-berai hanya karena perbedaan pendapat, apabila kita berselisih maka perkara harus kita kembalikan kepada Allah dan Rosul, melewati Al-qur’an dan as-sunnah.
Hendaknya kita juga ingat akan nikmat Allah yang telah mempersatukan umat setelah bermusuh-musuhan. Sebelum Islam datang bani Aus dan Khazraj saling bermusuhan, namun kemudian hati mereka dipersatukan oleh Allah. Begitu juga Allah telah mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin. Kaum Anshar melayani kaum muhajirin yang telah berhijrah dari Makkah, mereka memberikan makan, tempat berteduh, bahkan rela menceraikan salah satu istri mereka untuk dinikahi kaum muhajirin. Begitu indah persaudaraan kala itu. 
Dengan kata lain, jalan tersebut berada di atas dua prinsip:
1. Tauhidullah (mengesakan Allah)
2. Ittiba’ rasul (mengikuti sunnah rasul).
Maka yang akan memecah-belah kaum muslimin adalah lawan dari keduanya yaitu kesyirikan dan kebid’ahan.
Berkata Mujahid tentang subul (jalan-jalan lain): “Ayat Allah ‘walaa tattabi’us subul’ adalah jangan ikuti kebid’ahan-kebid’ahan dan syahwat (dalam riwayat lain: syubhat-syubhat)”. (Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh, hal. 24)
Sungguh sangat jelas keterkaitan antara kebid’ahan-kebid’ahan dan perpecahan. Kalau pegangan kaum muslimin adalah al-Qur’an dan as-sunnah, maka pegangan tersebut sudah baku dan tertentu, tidak bisa berubah atau dirubah. Adapun kebid’ahan-kebid’ahan adalah perkara-perkara baru yang ditambahkan atau diusulkan oleh manusia dan dianggap baik oleh pikiran mereka sendiri. Jika manusia dibiarkan memikirkan sendiri bentuk-bentuk ibadah yang baik buat mereka, niscaya akan muncul berbagai macam pendapat, usulan dan ide-ide yang berbeda-beda bahkan saling bertentangan. Inilah hakekat perpecahan.
Bagi manusia yang tidak memiliki Al-Qur’an damn As-Sunnah atau ingkar (kafir) kepada keduanya, maka wajar jika mereka mencari sendiri apa yang baik buat mereka. Kemudian akan muncullah berbagai macam agama, sekte-sekte atau aliran-aliran yang masing masing-masing merasa idenya paling hebat dan paling bagus. Maka terjadilah perselihan dan perpecahan.

oke sob itu dulu yang bisa gue bagi malem ini, Next Time gue Insya Allah lanjut lagi.
semoga bermanfaat
[End]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar